Kita senantiasa berdoa dengan untaian harapan kebahagian yang seimbang dunia dan akhirat. Doa yang dimaksud adalah, sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqorohayat 201 : "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" . Tentang kebahagiaan dan kebaikan negeri akhirat, tentunya adalah surga dengan segala kenikmatannya. Adapun kebaikan dan kebahagiaan dunia, setidaknya satu riwayat berikut ini bisa menjadi gambaran beberapa contoh yang bisa kita upayakan. Rasulullah SAW bersabda : " Termasuk kebahagiaan seseorang musim di dunia : Tetangga yang baik, rumah yang lapang dan kendaraan yang nyaman " (HR Ahmad).
Pertama: Tetangga dan Lingkungan yang Baik
Islam menginginkan terciptanya kehidupan bermasyarakat yang nyaman dan tenteram. Bahkan bagian dari keimanan seorang muslim adalah sikapnya terhadap sang tetangga. Rasulullah SAW mengingatkan suatu ketika : “Demi Allah tidak beriman, “Demi Allah tidak beriman, “Demi Allah tidak beriman”. Para shahabat bertanya siapakah mereka wahai Rasulullah? “Yaitu orang yang tidak memberikan rasa aman bagi tetangganya dari kejahatan dirinya” (HR Muslim)
Tetangga yang baik akan membuat kita nyaman saat keluar rumah, aman saat di dalam rumah, juga bahagia saat bersua dan bersapa. Begitu pula dengan anak dan istri kita, adalah suatu kebahagiaan menemukan lingkungan yang islami, penuh toleransi, saling menjaga dan menghargai. Bukan lingkungan penuh dengan curiga dan buruk sangka, gosip rutin antara tetangga, anak-anak yang bermain tanpa batas, semua hanya akan menyesakkan dada kita. Benarlah anjuran sebuah riwayat menyatakan : al-jaar qobla daar .Pilih tetangga terlebih dahulu sebelum memilih rumah.
Kedua : Rumah yang Lapang
Dengan rumah yang luas, hati kita menjadi lebih lapang. Akan banyak muncul inspirasi untuk lebih membahagiakan keluarga dan berbuat untuk umat. Anak-anak bisa leluasa bermain atau belajar tanpa saling mengganggu. Berbeda dengan rumah yang sempit, dengan penghuni yang berdesak-desakan, akan lebih banyak membuat hati menjadi sempit.Belum lagi jika ada sanak atau kerabat bertandang, maka amalan untuk memuliakan tamu menjadi tidak bisa dioptimalkan. Kalaupun bisa, maka biasanya akan kurang menjaga adab pergaulan dan pandangan seorang muslim. Selain itu, rumah yang lapang akan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan publik yang bermanfaat. Dari mulai taman baca, tempat pengajian, posyandu, atau rapat-rapat rutin yang menambah ukhuwah dan kedekatan antar warga. Bukankah seorang muslim terbaik adalah yang paling luas kemanfaataannya. Maka semestinya semakin luasnya rumah dan ditambah lapangnya hati, semakin menambah keberkahan dan kemanfaatannya.
Ketiga : Kendaraan yang Nyaman
Kendaraan nyaman tidak berarti mewah, yang terpenting adalah berfungsi dengan baik dan normal. Seorang muslim dituntut untuk menjadi insan yang bermanfaat, mau tidak mau harus lebih banyak keluar rumah untuk menyebarkan potensinya, bekerja dan berusaha, ataupun menyambung tali silaturahim. Karenanya ia akan lebih sering bergerak di luar rumah, maka ia akan membutuhkan kendaraan agar lancar mobilitasnya. Sebaliknya, kendaraan yang sering rusak atau mogok tentulah menjadi permasalahan tersendiri yang menganggu. Produktifitas kerja dan kemanfaatan menjadi turun atau terganggu.
Atas dasar ini semua, maka bersyukurlah jika sebagian dari kebaikan dunia di atas telah kita dapatkan dan menghiasi hari-hari kita. Jika belum terpenuhi, tentu bisa kita upayakan dengan niatan.